Negara Indonesia mempunyai banyak kerajinan yang dibuat baik dari kerajinan bamboo, kulit ataupun kain. Salah satu yang cukup terkenal yaitu kerajinan dari kain yang di sebut dengan kain tenun. Kain tenun ini mempunyai harga jual yang cukup mahal. Salah satu pengrajin kain tenun di Indonesia adalah kota Lombok. Produksi kain tenun di Lombok berpusat di Desa Sukarara, Desa Pringsela dan Desa Sade semuanya desa tersebut berada di Lombok Tengah. Kain tenun Lombok dikenal juga dengan sebutan kain songket merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan ( benang yang dimasukkan melintang pada benang lungsi )hiasan di kain tenun dibuat dengan menyisipkan benang emas, benang perak atau benang beraneka ragam warna di atas benang lungsi. Benang lungsi adalah benang tenun yang disusun sejajar( biasanya memanjang) dan tidak bergerak ( terikat di kedua ujungnya). Ada juga yang dihiasi manik-manik, kerang atau uang logam.
Menurut kebudayaan Lombok. Gadis- gadis diwajibkan bisa menenun. Menenun merupakan kegiatan sehari-hari mereka. Ketika gadis – gadis tersebut sudah mahir menenun berarti mereka sudah layak untuk menikah. Kain tenunnya bisa untuk suaminya atau untuk mertuanya. Sekarang ini para pengrajin tenun membuat kain tenun selain untuk melestarikan kebudayaan mereka tetapi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Pembuatan kain tenun bisa menghabiskan kurang lebih dari 8 jam setiap hari. Dan itupun hanya menghasilkan puluhan cm saja. Ini disebabkan karena cara pembuatannya yang masih menggunakan alat tenun tradisional.
Kain tenun memiliki banyak motifnya. Motifnya tidak dibuat dengan menggunakan contoh,atau di gambar di benang atau di kainnya, akan tetapi dengan menggunakan motifnya berada di imajinasi atau pemikiran para penenun masing- masing. Dengan bantuan kayu atau bambu yang sudah diatur dalam pembuatan motifnya.
Harga kain tenun disesuaikan dengan motifnya. Jika motifnya sukar, harganya pasti mahal. Harganya bisa mencapai Rp. 1 juta. Kain tenun Lombok ada yang dijual per lembar kain, dan ada pula yang di jual per meter. Para pengrajin ada yang menjualnya melalui koperasi, para pembelinya adalah para pengunjung yang datang ke desa mereka.