Pemanfaatan energi baru terbarukan sebagai pengganti energi tak terbarukan (fosil) belakangan ini makin santer digembar-gemborkan, terutama di sektor domestik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun ternyata energi jenis ini tidak hanya populer di sektor domestik saja, beberapa jenis energi baru terbarukan rupanya juga sangat potensial untuk digunakan secara luas di sektor industri. Beberapa jenis energi terbarukan yang mulai diserap sektor industri, antara lain energi panas matahari (solar thermal) dan energi biomassa.
Solar thermal adalah salah satu jenis energi matahari yang digunakan untuk keperluan memanaskan sesuatu. Sebagai salah satu bentuk energi baru terbarukan yang berasal dari matahari, tentunya sumber energi baru ini bisa didapatkan dengan gratis dan melimpah. Hal ini akan sangat menguntungkan sektor industri dalam mengurangi biaya produksi dan pencemaran terhadap lingkungan. Dengan menggunakan sistem solar thermal yang disesuaikan, maka energi panas tersebut bisa digunakan secara luas untuk mengoperasikan berbagai alat-alat industri yang memerlukan panas. Sistem solar thermal juga bisa digunakan untuk memanaskan suhu di dalam ruangan untuk berbagai keperluan produksi. Kebutuhan lainnya yang tidak jauh berbeda dari sektor domestik adalah air panas. Tidak sedikit proses produksi yang membutuhkan air panas yang bisa disediakan lewat pemanasan dari sistem solar thermal tersebut.
Biomassa juga merupakan energi baru terbarukan yang bisa diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan produksi di sektor industri. Dengan menggunakan berbagai material yang berasal dari mahluk hidup, seperti sisa olahan pohon dan tumbuhan, sektor industri bisa menghasilkan bio-coal yang digunakan untuk menghasilkan panas ataupun energi listrik. Biomassa juga digunakan untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, seperti bio-ethanol dan bio-diesel. Bahan bakar ramah lingkungan ini selain berguna sebagai bahan bakar mesin-mesin industri, juga bisa digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi. Laporan yang dirilis oleh Agensi Energi Internasional menyatakan bahwa biomassa telah digunakan sebanyak 10% dari kebutuhan energi total sedunia.
Penggunaan energi baru terbarukan pada sektor industri di Indonesia saat ini belum setinggi negara-negara maju atau negara berkembang lainnya. Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah menggalakkan penggunaan energi alternatif sebagai pengganti penggunaan energi tak terbarukan. Dengan melihat potensi energi alternatif yang begitu besar, tidak ada salahnya jika sektor industri di Indonesia mau mulai melakukan investasi untuk mengembangkan penggunaan energi baru terbarukan ini demi pelestarian alam sekaligus efisiensi biaya produksi.